Ruangan pembetulan NIM perbankan terbuka di semester 2 tahun ini bersamaan mulai dengan menyusutnya cost dana. Riang Martati
Jakarta-Tekanan pada sejumlah pundi keuntungan industri perbankan masih bersambung di kwartal pertama 2015 ini. Sejauh kwartal pertama tahun ini, perkembangan keuntungan setahunan terdaftar di bawah 10%, persisnya di tingkat 9,4%.
Ekonom Instansi Penjamin Simpanan (LPS) dalam laporannya sebutkan kapasitas perkembangan keuntungan itu yakni yang paling rendah pascakrisis global 2008. Diambil dari situs sah LPS, yang menimbulkan menyusutnya keuntunganabilitas perbankan itu yakni pengurangan di marjin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM). Sejauh kwartal pertama tahun 2015, NIM lagi ada di dalam rata-rata 4,2%. Angka itu di bawah umumnya 2011-2013 yang terdaftar 6%.
Tidak hanya itu, disamping cost, pun berlangsung peningkatan di cost credit yang tercermin dari peningkatan Non Performing Loan (NPL). NPL gross di kwartal pertama ini naik 33,8% ketimbang era yang serupa tahun kemarin. Rasio credit mempunyai masalah di kwartal pertama ini terdaftar 2,40% menurut https://alamatbank.net/, naik ketimbang akhir 2014 yang 2,16%. Sementara rasio coverage (cadangan cost pembubaran credit dipisah NPL) pun udah jadi menurun dari 104,85% jadi 99,40%.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad berkata, penekanan pada keuntunganabilitas perbankan diduga tetap akan bersambung di semester dua ini. Walau begitu Return on Asset (ROA) perbankan menurut dia masih tinggi.
“Keuntungan jelas turun, namun ROA masih atas 2,5% Mei,” kata Muliaman habis mengikuti acara Membuka Puasa Bersama Himbara dan Anak Yatim di Jakarta Convention Center, beberapa lalu. Ia berkata, NIM di Mei masih di rata-rata 5%, sementara April lalu di data Statistik Perbankan yang dikeluarkan OJK, NIM terdaftar 5,30% stabil ketimbang bulan awal mulanya.
Saat itu, golongan perbankan masih juga mengalkulasi-hitung keuntungan yang hendak mereka kantongi tahun ini. Direktur Pokok PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Achmad Baiquni misalkan, masih perhitungkan situasi kualitas credit yang tambah buruk maka dari itu sebabkan peningkatan cadangan provisi.
“Keuntungan kita kembali hitung-hitung, lantaran kita mengetahui dengan tingkat NPL-nya pun naik dan cadangan yang kita wujud,” ujarnya.
Tidak serupa dengan BNI, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) tetap masih optimistis labanya bisa tumbuh 40% dibandingkan tahun kemarin. Karena perkembangan cicilannya per Mei saja telah 18%.
Walau merencanakan mengerem pengembangan credit di semester ke-2 jadi rata-rata 15%-16%, Direktur Pokok BTN Maryono mengakui masih optimistis dapat terus kantongi perkembangan keuntungan di atas 40%. “Kenaikan credit 16% itu telah cukuplah tinggi, karenanya belum termaksud program sejuta rumah, kita 16% itu credit biasa di RBB,” jelasnya.
Walau hadapi penekanan, Ekonom LPS dalam laporannya sebutkan, sejumlah pundi keuntungan perbankan diduga tetap akan terbangun bila bank sanggup membenahi NIM itu dengan menggunakan situasi likuiditas yang lumayan kendur.
LPS memprediksi NIM dapat sedikit ikut sampai 20-30 bps dari tingkat sekarang ini. Bila di 1 tahun paling akhir ini cost dana naik 155 bps, sementara bunga credit cuma naik 94 bps maka dari itu sebabkan spread margin jadi menurun. Karenanya, cost dana di depan diduga akan turun, lantaran pembetulan situasi likuiditas perbankan.
Membaiknya likuiditas perbankan itu dilihat dari perkembangan Dana Faksi Ke-3 (DPK) yang lebih bagus dari perkembangan credit. Maka dari itu waktu kwartal pertama LDR (loan to deposit ratio) melonggar dari 90,1% akhir 2014, jadi 88,7% diakhir kwartal pertama ini.
Pembetulan situasi likuiditas pun ditampakkan dengan relatif stabilnya tingkat bunga pasar simpanan. Suku bunga deposito sejumlah bank panutan LPS sejauh kwartal pertama cuma naik 11 bps,lebih rendah dibandingkan era yang serupa tahun silam yang naik 17 bps. (*)